img_pastors_003

Mengalirkan Kasih

Roh Kudus berfungsi menolong kita untuk tetap taat kepada Kristus. Ketaatan kepada Yesus terwujud melalui hidup dalam kasih. Mewujudkan kasih bukan hal mudah. Di hadapan para murid ada banyak tantangan yang akan hadapi. Tantangan itu adalah kebencian. Yesus menyebut bahwa dunia ini membenci Kristus dan para pengikut-Nya. Ketika dunia mengajarkan kebencian, murid-murid Yesus diminta-Nya tetap mengasihi. Oleh karena itu, Ia memberikan pertolongan yaitu Roh Kudus. Dengan bersedia dipimpin oleh Roh Kudus, murid-murid Yesus dimampukan hidup dalam kasih. Kitapun juga demikian. Ketika mau membuka diri dipimpin Roh, kita dimampukan untuk mengalirkan kasih.
Tags: Minggu Paskah VI
File Audio: Tidak Tersedia
File Teks: Tidak Tersedia

Bacaan I:     Kisah Para Rasul 17:22-31
Tanggapan:     Mazmur 66:8-20
Bacaan II:     1 Petrus 3:13-20
Bacaan Injil:     Yohanes 14:15-21


DASAR PEMIKIRAN

Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya mewujudkan kehidupan dalam kasih. Kasih bukan sekadar teori, namun mewujud dalam tindakan nyata. Tindakan kasih diteladankan oleh Tuhan Yesus melalui karya-Nya. Untuk mewujudkan kasih dibutuhkan keberanian. Salah satu tantangan mewujudkan kasih adalah kebencian. Saat kebencian memenuhi kehidupan baik kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama, kasih kerap disembunyikan dengan berbagai dalih. Akibatnya kasih menjadi kamuflase yang semu. Agar murid-murid Tuhan Yesus berani menyatakan kasih, Ia memberikan penolong.

Sang Penolong adalah Roh Kudus yang diberikan Tuhan Yesus. Roh Kudus mememberikan kemampuan pada para murid untuk memahami makna dan tujuan hidup. Roh Kudus mengingatkan semua hal yang telah Tuhan Yesus ajarkan supaya para murid taat pada perintah-Nya dan meneladani Dia. Dengan meneladani Dia, para berani dan mampu mengalirkan kasih pada dunia yang membutuhkan kasih. Melalui firman Tuhan yang disampaikan pada Minggu Paska VII ini umat diharap mengalami aliran kasih Allah dan dapat mengalirkan kasih dalam kehidupan sehari-hari.

PENJELASAN TEKS

Kisah Para Rasul 17:22-31

Atena adalah kota terpelajar dan kota religius. Selain ada orang-orang Yahudi yang berkumpul di sana, di Atena juga terdapat banyak ahli pikir yang menyembah dewa-dewa. Paulus menyapa orang-orang Atena ini sebagai pengikut agama yang taat, orang-orang yang dengan sungguh-sungguh berbakti kepada para dewa (ayat 22) dan yang menundukkan diri pada emas dan perak yang adalah buatan seni dan keahlian manusia (ayat 29b).

Kepada orang-orang yang sungguh berbakti kepada para dewa itu, Paulus memberitakan Allah yang mereka sembah tetapi tidak mereka kenal (ayat 23). Allah yang tidak mereka kenal itu adalah Allah Sang Pencipta segala sesuatu, Sang Pemelihara dan sumber keberadaan dan kehidupan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini (ayat 24-26 dan 28). Allah Sang Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu ini adalah Allah yang berkenan dikenali dan dihampiri oleh umat manusia (ayat 27).

Paulus mengajak orang-orang Atena itu untuk menghampiri dan berbakti kepada Allah Sang Pencipta dan Pemelihara kehidupan. Paulus mengajak orang-orang Atena untuk mengubah orientasi hidup (bertobat), tidak lagi tunduk pada buatan manusia tetapi tunduk kepada Allah Sang Sumber Kehidupan (ayat 30-31).

Yang menarik dalam ajakan Paulus ini adalah penggunaan kata “kita” pada ayat 28 dan 29. Paulus menempatkan dirinya senasib dengan orang-orang Atena, sama-sama sebagai keturunan Allah. Sebagai sesama keturunan Allah, Paulus bersama dengan orang-orang Atena tidak layak kalau berbakti atau tunduk pada buatan manusia. Seharusnyalah sebagai keturunan Allah Paulus bersama-sama dengan orang-orang Atena berbakti kepada Allah Sang Sumber Kehidupan.

Mazmur 66:8-20

Mazmur 66 merupakan suatu ajakan kepada umat manusia untuk mengakui, berbakti, dan bersyukur kepada Allah Israel, Allah Sang Pemelihara Kehidupan. Diawali dengan ajakan memuji Allah pada ayat 1-4, kemudian ajakan untuk mengamati pekerjaan Allah atas umat-Nya pada ayat 5-7, manusia diundang untuk ikut merasakan pemeliharaan Allah atas kehidupan umat-Nya.

Pemeliharaan Allah nyata dalam kemurahan-Nya mempertahankan hidup dan membebaskan umat-Nya dari beban dan tantangan hidup yang melanda umat (ayat 8-12). Kemurahan Allah itu pantas dijawab dan disyukuri.

Ungkapan syukur itu tidak cukup hanya melalui kata-kata, tetapi juga diwujudkan dalam aktivitas konkrit. Ucapan syukur itu perlu diwujudkan dengan mempersembahkan korban kepada-Nya (13-15) serta bersaksi tentang karya kemurahan Allah atas umat-Nya itu melalui praktek hidup yang baik dan berkenan kepada Allah di dunia ini (ayat 16-20).

1 Petrus 3:13-20

Surat Petrus pertama ini ditulis untuk orang-orang Kristen yang hidup diperantauan sebagai pendatang (1 Pet. 1:1 dan 2:11). Orang-orang beriman ini disebut sebagai perantau dan pendatang, baik dalam arti kiasan: orang Kristen bukan dari dunia, tetapi hidup dan tinggal di dunia ini (1 Pet. 1:17) maupun dalam arti yang sesungguhnya sebagai pendatang dan perantau yang tidak tinggal di tanah air sendiri. Orang-orang Kristen ini mendapat perlakuan yang tidak baik oleh orang-orang di sekitarnya (1 Pet. 2:12; 2:20; 3:9, 16; 4:12, 14, 16, 19) karena mempraktekkan dan menjalani kekristenannya.

Perikop kita 1 Pet. 3:13-20, merupakan salah satu bagian ajakan penulis surat Petrus, agar orang-orang Kristen tidak takut untuk terus menerus berbuat baik dan benar dalam hidup sehari-hari (ayat 13-14). Berbuat baik dan benar seharusnya tidak menderita. Namun kenyataannya, di tengah-tengah masyarakat yang dikuasai oleh kuasa kejahatan, orang yang melakukan perbuatan baik dan benar dapat dianggap jahat dan salah, orang yang melakukan perbuatan baik dan benar justru mengalami penderitaan (ayat 14a).

Orang-orang Kristen juga harus siap dengan rendah hati memberi pertanggungjawaban atas perbuatan baik yang dijalaninya kepada orang-orang yang menganggapnya jahat (ayat 15-16). Orang-orang Kristen diingatkan untuk berani menanggung penderitaan itu dengan rendah hati. Allah berkenan atas orang-orang Kristen yang berani menanggung penderitaan karena berbuat baik dan benar dalam hidupnya, sebab menderita karena berbuat baik lebih mulia dibandingkan dengan menderita karena berbuat jahat (ayat 17).

Jaminan bagi orang-orang Kristen yang menderita karena kekristenannya itu adalah teladan Kristus. Penderitaan dan kematian Kristus telah menghasilkan kehidupan. Demikian juga oleh bimbingan Roh, penderitaan orang-orang Kristen dalam persekutuan dengan Kristus itu akan menghasilkan hidup baru, berpindah dari hidup menuruti keinginan dosa kepada hidup dalam persekutuan dengan Allah dan menuruti kehendak Allah. Roh Kudus akan menyatukan penderitaan orang Kristen dengan penderitaan Kristus, sehingga kebangkitan Kristus juga akan terwujud dalam kehidupan orang Kristen. (ayat 18-20 bdk. 1 Pet. 4:1-4).

Yohanes 14:15-21

Mewujudkan kasih bukanlah hal yang mudah. Karena itu, dibutuhkan penolong untuk mewujudkan kasih. Kata Penolong (ay.16) dan Penghibur (ay.26) berasal dari satu kata yang sama dalam bahasa Yunani, Parakletos, yang berarti seseorang yang dipanggil datang untuk menolong pada saat kesulitan. Arti khususnya terletak pada alasan mengapa ia dipanggil. Orang Yunani menggunakan kata ini untuk menunjuk berbagai hal: seorang saksi yang dipanggil untuk membela tertuduh di pengadilan, seorang pengacara untuk membela tertuduh secara hukum, seorang ahli yang dipanggil untuk memberi nasihat pada situasi tertentu, seorang yang dipanggil untuk memberi semangat pada sekelompok serdadu yang patah semangat. Parakletos menolong manusia dalam kelemahannya dan memberi kemampuan untuk menghadapi hidup.

Penolong itu (Roh Kudus) tidak diberikan kepada sembarang orang. Ia hanya akan menyertai orang-orang yang mengenal dan percaya kepada Allah (ayat 17). Oleh karena itu dikatakan bahwa dunia tidak melihat dan mengenal Dia. Mengapa demikian? Sebab pada hakikatnya, Roh Kudus itu adalah Allah sendiri. Ia tidak memaksakan diri-Nya untuk masuk ke dalam hati manusia, tetapi Ia tinggal dalam diri setiap orang yang percaya kepada-Nya. Fungsi Parakletos (Roh Kebenaran) yang ditekankan oleh Yesus adalah untuk (ayat 26): (a) Mengajar: kehidupan pengikut Kristus sebenarnya adalah kehidupan yang selalu belajar; belajar mengenai kebenaran, belajar mengenai makna dan tujuan hidup, belajar untuk makin serupa dengan Kristus. (b) Mengingatkan: Roh Kudus akan mengingatkan semua hal yang telah Yesus ajarkan supaya kita selalu taat pada perintah-Nya dan meneladani seluruh hidup-Nya. Dengan kata lain, para murid (dan kita semua) sesungguhnya diminta untuk selalu taat pada perintah-perintah-Nya. Ketaatan ini dilakukan bukan karena kita adalah budak yang tidak punya kehendak bebas, melainkan karena kasih kita kepada-Nya (ayat 15, 21). Jika kita mengasihi Yesus, maka kita akan berusaha  melakukan segala hal yang telah Yesus ajarkan, sebab semuanya itu mengandung kebaikan dan kebenaran.

Perkataan-perkataan Yesus ini akan digenapi setelah kebangkitan-Nya. Roh Kudus akan dicurahkan pada hari Pentakosta; 50 hari setelah kebangkitan-Nya. Sebelum semuanya itu terjadi, Yesus telah mengatakannya terlebih dahulu supaya ketika hal itu terjadi, para murid sungguh-sungguh mempercayainya (ayat 29).

PESAN YANG MAU DISAMPAIKAN

Roh Kudus berfungsi menolong kita untuk tetap taat kepada Kristus. Ketaatan kepada Yesus terwujud melalui hidup dalam kasih. Mewujudkan kasih bukan hal mudah. Di hadapan para murid ada banyak tantangan yang akan hadapi. Tantangan itu adalah kebencian. Yesus menyebut bahwa dunia ini membenci Kristus dan para pengikut-Nya. Ketika dunia mengajarkan kebencian, murid-murid Yesus diminta-Nya tetap mengasihi. Oleh karena itu, Ia memberikan pertolongan yaitu Roh Kudus. Dengan bersedia dipimpin oleh Roh Kudus, murid-murid Yesus dimampukan hidup dalam kasih. Kitapun juga demikian. Ketika mau membuka diri dipimpin Roh, kita dimampukan untuk mengalirkan kasih.

 

KHOTBAH JANGKEP

Mengalirkan Kasih

 

Setiap tindakan bersumber dari motivasi dalam diri seseorang. Dalam hal ini juga berlaku jika kita hendak berbuat baik. Apa motivasi kita berbuat baik? Gandhi menyampaikan bahwa ada dua motivasi orang berbuat baik.

  1. Berbuat baik karena takut
  2. Berbuat baik karena kasih

Kedua motivasi ini sangat memengaruhi perilaku saat melakukan kebaikan. Ketika seseorang berbuat baik kerena rasa takut, ia akan berperilaku menjadi seorang yang oportunis. Orang oportunis melakukan kebakikan pada orang-orang yang ditakutinya. Sebaliknya pada orang yang tidak ditakutinya, ia akan melakukan apapun yang disukainya, termasuk menindas dan melecehkan. Pepatah yang dipergunakan untuk orang macam ini adalah: “Melakukan kebaikan karena pamrih tertentu…” Sebaliknya, orang yang melakukan kebaikan karena kasih, ia tetap akan berbuat baik kepada siapapun. Kepada orang yang dianggap sebagai atasan dan disegani, ia berbuat baik, kepada bawahannyapun, ia tetap akan berbuat baik. Kepada orang yang mengasihinya berbuat baik, kepada orang yang memusuhinya, ia tetap akan berbuat baik.  Orang macam ini disebut berbuat baik meskipun…” meskipun diperlakukan tidak baik, ia tetap berbuat baik.

Dalam suratnya kepada orang-orang di Asia Kecil, Rasul Petrus mengatakan: “Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaranm kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang kamu takuti dan janganlah gentar”. Perkataan Rasul Petrus ditujukan pada jemaat di Asia kecil yang pada waktu itu dalam penganiayaan kaisar Nero. Rasul Petrus menasihatkan kenyataan hidup yang dialami oleh orang Kristen. Bahwa menjadi orang Kristen pilihan Allah bukan berarti tidak akan mengalami penderitaan. Hal itu rupanya menjadi jawaban juga bagi banyak orang yang seringkali mengatakan: “Jika Anda menjadi orang Kristen, Anda akan sukses, bahagia, tidak akan menderita, tidak pernah mengalami sakit penyakit dan sebagainya”. Surat Rasul Petrus mengingatkan orang-orang Kristen pada zamannya maupun pada masa kini: menjadi Kristen bukan berarti tidak pernah mengalami kesusahan, penderitaan, kegagalan dan sebagainya. Sebaliknya, menjadi orang Kristen terkadang justru mendapat cemooh, perlakuan tidak adil dan sebagainya.

Jika demikian, apa yang mesti dilakukan oleh orang Kristen ditengah situasi yang demikian itu? Rasul Petrus mengatakan: “Janganlah kamu takuti apa yang kamu takuti dan janganlah gentar”. Jangan takut! Mudah dikatakan, namun sulit dilakukan, sebab rasa takut adalah hal yang manusiawi. Siapa yang tidak takut jika hidupnya terancam? Rasa takut yang mendalam dalam diri orang-orang Kristen yang minoritas di jaman Kaisar Nero dan saat ini di Indonesia dapat melahirkan: “Syndrome minority compleks”. Ketakutan dan tekanan yang membuat kita tidak dapat berbuat apa-apa, bahkan makin terkungkung. Jangan takut seperti yang dikatakan Rasul Petrus adalah ajakan bagi orang Kristen untuk berani mengadapi kenyataan, seberat apapun itu, bahkan mengubah dari sindrome minotity compleks menjadi Creative Minority. Creative Minority, adalah kehidupan yang bermakna bagi orang lain, seperti yang dikatakan oleh seorang bernama Pendeta Basuki Probowinoto, pendiri UKSW Salatiga. Beliau mengatakan: Sebagai orang Kristen yang hidup dalam suasana minoritas ini mesti hadir di tengah masyarakat dan membawa dampak positif bagi masyarakat. Menjadi berkat bagi masyarakat. Apakah berkat yang dibagikan pada masyarakat, khususnya di Indonesia ini? Rasul Petrus mengajak umat Kristen seperti yang tertulis dalam I Petrus 3:15-17: “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.  Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat”. Jika kita cermati, ada 3 hal yang mendasar yang mesti dikerjakan orang Kristen:

  1. Menguduskan Kristus
  2. Setiap sedia memberikan pertanggunjawaban dalam hidup dengan lemah lembut
  3. Tetap berbuat baik dengan landasan kasih sekalipun harus menderita karena berbuat baik.

Dalam perspektif iman Kristen, ketiga tindakan itu dilakukan orang Kristen sebagai wujud keteladanan pada Kristus yang telah meneladankan hal itu. Menguduskan Kristus, memberi pertanggunjawaban dengan kelemahlembutan dan berbuat baik sekalipun harus menderita dilakukan bukan karena kita ingin mendapat keselamatan dalam Kristus, namun sebagai respons atas kasih Kristus yang besar. Tindakan-tindakan itu mestinya dilakukan karena kasih kita yang besar pada Tuhan Yesus.

Kita mengasihi Tuhan Yesus karena kita mengalami kasih Tuhan. Pengalaman dikasihi oleh Tuhan menjadikan kita mampu melakukan sebagaimana yang dikatakan dalam Injil Yohanes 14:21, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku”.

Mewujudkan kasih bukanlah hal yang mudah. Karena itu, dibutuhkan penolong. Kata Penolong (Yoh. 14: 16) dan Penghibur (Yoh. 14:26) berasal dari satu kata yang sama dalam bahasa Yunani, Parakletos, yang berarti seseorang yang dipanggil datang untuk menolong pada saat kesulitan. Parakletos menolong umat dalam kelemahannya dan memberi kemampuan untuk berbuat kasih. Penolong itu (Roh Kudus) tidak diberikan kepada sembarang orang. Ia hanya akan menyertai orang-orang yang mengenal dan percaya kepada Allah. Oleh karena itu dikatakan bahwa dunia tidak melihat dan mengenal Dia. Mengapa demikian? Sebab pada hakikatnya, Roh Kudus itu adalah Allah sendiri. Ia tidak memaksakan diri-Nya untuk masuk ke dalam hati manusia, tetapi Ia tinggal dalam diri setiap orang yang percaya kepada-Nya. Roh Kudus berfungsi menolong kita untuk tetap taat kepada Kristus. Ketaatan kepada Yesus terwujud melalui hidup dalam kasih. Ada banyak tantangan untuk mewujudkan kasih. Salah satu  tantangan itu adalah kebencian. Yesus menyebut bahwa dunia ini membenci Kristus dan para pengikut-Nya. Ketika dunia mengajarkan kebencian, murid-murid Yesus diminta-Nya tetap mengasihi. Dengan bersedia dipimpin oleh Roh Kudus, murid-murid Yesus dimampukan hidup dalam kasih dan mengalirkan kasih kepada sesama. Ketika mau membuka diri dipimpin Roh, kita dimampukan hidup dalam kasih dan mengalirkan kasih.

Pada Minggu Paska VI ini firman Tuhan mengajarkan kita untuk mengalami kasih Allah dan penyertaan Roh-Nya supaya dapat mengalirkan kasih kepada sesama. Banyak orang membutuhkan kasih. Mereka yang hidup dalam kebencian, amarah, kesepian, pesimis, membutuhkan kasih. Orang-orang yang sering disebut sebagai “orang-orang sulit” dalam komunitas dan persekutuan membutuhkan sapaan kasih. Mereka menjadi “orang-orang sulit” karena pengalaman mereka adalah pengalaman “sulit”. Dengan aliran kasih, mereka akan mengalami kasih. Pengalaman dikasihi menjadikan perubahan dalam kehidupan. Alami aliran kasih Allah dan alirkanlah melalui hidupmu. Amin.