TUJUAN :
1). Mampu mengajak dan membangkitkan gairah umat, dalam menghadapi kenyataan hidup yang berat.
2). Membangun jemaat supaya dapat berpola pikir, batin, dan sikap yang benar memandang masa lalu dan menatap masa depan dengan harapan baru yang terbaik.
DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Hagai 2:1b-10
Tanggapan : Mazmur 145:1b-5; 17-21
Bacaan II : 2 Tesalonika 2:1-5, 13-17
Bacaan III : Lukas 20:27-38
DAFTAR AYAT LITURGIS
Berita Anuggerah : 2 Petrus 1:3, 4
Petunjuk Hidup Baru : 2 Petrus 1:10-11
Persembahan : Markus 12:43
DAFTAR NYANYIAN LITURGIS
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 2:1, 4
Nyanyian Penyesalan : KJ 27:1, 3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 340:1, 4
Nyanyian Persembahan : KJ 439:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 440:1, 2
Bahasa Jawa:
Kidung Pamuji : KPJ 32:1, 3
Kidung Panelangsa : KPJ 52:1, 2
Kidung Kesanggeman : KPJ 95:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 165:1-
Kidung Pangutusan : KPJ 427:1, 2
DASAR PEMIKIRAN
Setiap orang bisa saja memiliki pengalaman masa lalu bahkan tidak sedikit berupa penderitaan, atas hal tersebut malah ada saja yang hidupnya dipengaruhi oleh peristiwa masa lalu bahkan pengaruh yang bersifat negatif. Misalnya melahirkan disorientasi sifat: pemarah yang diakibatkan oleh karena pengalaman masa lalu yang sering tertekan perasaan batinnya; cemas dan kuwatir karena pernah mengalami trauma terancam hidupnya; dan bentukbentuk disorder sifat, batin, dan perilaku yang lainnya. Keadaan jiwa yang dipengaruhi pengalaman negatif masa lalu seperti ini akan membuat hidup seseorang kehilangan damai sejahtera, maka perlu dibantu untuk dibebaskan dan dimenangkan dari kemelut masa lalunya supaya setiap orang menjadi kuat dan teguh menjalani hidup hari ini untuk menggapai masa depan yang penuh pengharapan. Membangun pola berpikir, batin, dan sikap yang baru berdasarkan nilai-nilai iman Kristen untuk menciptakan kekuatan yang mampu melepasakan diri dari kungkungan pengalaman masa lalu yang tidak baik, akan menajadi pilihan. Sampai pada akhirnya setiap orang bisa berdamai dengan masa lalu bahkan dapat memakainya secaran postif pengalaman masa lalu tersebut untuk membangun masa depannya.
KETERANGAN BACAAN
Hagai 2:1b-10
Hagai adalah seorang Nabi yang berkarya setelah masa pembuangan 537 sM, sehingga ia punya pengalaman langsung bagaimana beratnya hidup sebagai orang-orang buangan. Selanjutnya keterpurukan hidup umat pasca pembuangan menjadi pengalaman tersendiri yang disaksikan Hagai atas bangsanya. Terutama terpuruk dalam kehidupan rohani, yaitu bangunan bait Allah yang tidak terawat dan bahkan hancur ditinggalkan para umat. Dalam situasi batin yang seperti ini, Hagai mendapat kasih karunia dari TUHAN, untuk menyerukan nubuat terbuka kepada para pemimpin dan segenap umat tentang pembangunan kembali rumah TUHAN. Nubuat yang disampaikan juga bernilai penyemangat dan motivasi untuk segera meninggalkan keterpurukan dan melangkah maju membangun harapan (Hagai 2:5). Artinya pengalaman hidup Hagai yang pahit di masa lalu tidak boleh menjadi penghambat kemajuan dan memudarkan gairah hidupnya di saat kini. Tetapi di dalam pertolongan TUHAN Hagai mampu menjadi penyemangat dan pembawa misi baru bagi kehidupan seluruh umat.
Mazmur 145:1b-5; 17-21
Daud di dalam mengahayati dan merasakan kebaikan TUHAN atas hidupnya pada waktu terpuruk, melantunkan lagu pujipujian, yang isinya ungkapan syukur atas banyaknya kebaikan dan kemurahan TUHAN yang ia alami. Merupakan Mazmur yang menggambarkan adanya kontradiktif antara situasi dan sikap; seharusnya Daud dalam keterpurukannya merasakan suasana hati yang berat, namun ternyata ia justru memuji-muji TUHAN dan merasakan betapa besar dan banyaknya kebaikan dari TUHAN yang ia alami. (Mazmur 145:14). Melalui Mazmur tanggapan ini, kita dibukakan suatu sikap bisa berdamai dengan keadaan hidup. Bahkan menciptakan tanggapan baru dibalik peristiwa-peristiwa berat yang terjadi di tengah kehidupan, yang berbeda dengan tanggapan orang pada umumnya.
2 Tesalonika 2:1-5, 13-17
Surat Paulus untuk orang-orang di Kota Tesalonika, mengingatkan bahwa hidup orang Kristen itu penuh perjuangan. Di satu sisi sebagai orang-orang yang dipilih menerima keselamatan dari TUHAN, di lain sisi kita masih hidup di dunia yang penuh godaan dan pencobaan. Menghadapi dunia dan segala pencobaannya kita dituntut bisa terus bertahan menjaga kemurnian dan kesetiaan kita kepada Tuhan Yesus, yang olehNya kita beroleh pengampunan dosa, penebusan dari segala kesalahan, dan keselamatan (2 Tesalonika 2:13). Untuk itu sikap kita menjali panggilan hidup di dunia harus penuh dengan sukacita, dengan sabar dan setia menanti kedatangan Tuhan Yesus, memegang teguh iman, dan mengisi hidup dengan selalu menghasilkan karya yang baik.
Lukas 20:27-38
Perselisihan mengenai siapa yang akan menjadi suami dari seorang wanita yang dinikahi oleh tujuh orang pria secara beruruturutan setelah masing-masing orang suaminya mati, lalu muncul pertanyaan bagaimana kelak pada hari kebangkitan, siapa yang akan berdiri sebagai suaminya? (Lukas 20:33). Atas hal ini Tuhan Yesus memberikan tanggapan bahwa di dunia ini orang kawin dan mengawinkan, namun di alam abadi nanti tidak ada lagi kawin dan dikawinkan. Artinya mereka sudah berada dalam tatanan kehidupan yang baru, kudus, dan sempurna; yaitu di dalam kehidupan yang abadi. Mulai dari sini nampak bahwa membangun hidup yang berorientasi masa lalu akan menumpulkan gairah hidup itu sendiri, tetapi hidup dengan memusatkan diri terhadap masa depan akan membuat hidup menjadi lebih bertumbuh dan bisa mengalami pembebasan dari beragam ikatan masa lalu, serta memupuk harapan terhadap hari esok dan masa depan.
POKOK DAN ARAH PEWARTAAN
Membawa jemaat sadar bahwa seringkali hidup hari ini dipengaruhi oleh peristiwa masa lalu, demikian pula masa yang akan datang ditentukan dari peristiwa hari ini. Jemaat juga menyadari bahwa peristiwa pada masa lalu itu, sedikitpun tidak ada yang bisa kita ubah sesuai keinginan kita hari ini, apalagi di hapus seakan tidak pernah terjadi. Maka jemaat diajak bisa berdamai terhadap peristiwa di masa lalunya.
Mengembangkan nilai-nilai rohani dan menterjemahkan setiap peristiwa yang dialami dengan sudut pandang positip bahkan religius, sebagai langkah utama membangun kesanggupan berdamai dengan masa lalu. Di antaranya mengembangkan sikap batin bersyukur sekalipun berjumpa dengan hal-hal berat; menemukan kehendak TUHAN dan makna terbaik disetiap peristiwa kehidupan; dan sikap mengampuni, menerimakan, serta iklas terhadap apapun yang terjadi. Sekalipun berat dan tidak semudah membalik telapak tangan, namun harus ditanamkan sampai diperjuangkan terwujud. Cara TUHAN Allah berkarya itu sangat unik dan seutuhnya di bawah otoritas Sang Maha Kuasa. Mengajak jemaat memiliki pemahaman mendasar akan Kemahakuasaan TUHAN, supaya dengan segala ketulusan jemaat memberikan ruang hidupnya dibawah otoritas dan kuasa TUHAN sepenuhnya. Harapannya, apapun yang menimpa hidupnya hari ini, esok, ataupun yang akan datang diyakini terjadi hanya karena ijin dan kehendak TUHAN untuk kebaikan kita.
KUATKAN HATIMU, BERDIRILAH TEGUH...!
Salam Sejahtera di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. Saudara sekalian yang saya kasihi, setiap individu yang sedang menjalani hidupnya hari ini tidak bisa tanpa melewati masa lalu. Demikian pula masa lalu itu tidak semua diterima dengan kesan yang positif, bahkan ada masa lalu yang sedemikan kelam, untuk diingat saja bisa langsung memancing dan menimbulkan pergulatan batin yang mengalami kelamnya masa lalu tersebut. Sebaliknya yang memiliki masa lalu gemilang, penuh kesuksesan, dan puncak-puncak pencapaian yang membanggakan; hal inipun tidak luput dari racun masa lalu yang tidak kalah berbahaya dengan masa lalu yang kelam. Biasanya ketika kesuksesan dan segala kebanggaannya itu sudah menjadi masa lalu, maka orang yang mengalaminya akan dihinggapi oleh sikap memanjakan diri dengan selalu menoleh ke belakang. Tanpa disadari bahwa ia sudah berjalan jauh dan tidak hidup di masa lalunya lagi, tetapi sikap batin, ucapan dan angan-angannya masih saja terbuai dengan kesuksesan masa lalu belaka. Akhirnya orang ini hanya akan berdiri mematung ditempat, dengan tatapan menoleh ke belakang, tidak bergerak menghadapi kenyataan, dan bahkan frustasi terhadap hari yang akan datang. Jadi masa lalu kelam ataupun mencapai kesuksesan tidak boleh menjadi belenggu yang menodai gairah hidup kita saat ini.
Saudara sekalian yang terkasih di dalam Tuhan Yesus, bisakah kita kembali kemasa lalu? Atau dapatkah kita memperbaiki atau mengulangi keberhasilan maupun kegagalan yang terjadi pada masa lalu? Jawabannya: TIDAK BISA. Maka masa lalu biarkan ada dan selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita masing-masing. Jujurlah terhadap peristiwa masa lalu tersebut, namun jangan membiarkan masa lalu tersebut berubah menjadi belenggu yang menindih ataupun tuan yang berkuasa atas hidup saudara pada hari ini. Bukti apabila saudara masih dikuasai dan dibelenggu oleh masa lalu yaitu; hati tidak memiliki damai sejahtera, sewaktu-waktu pikiran dan perasaan dibawa masuk ke potret peristiwa-peristiwa pada masa lalu, muncul rasa kecewa, menggoreskan perasaan ingin membalas dendam, atau melahirkan trauma sehingga memadamkan keberanian kita untuk melangkah. Ini sebagian dari tanda kehidupan yang dipengaruhi secara negatif dari pengalaman hidup dimasa lalu. Jika hidup saudara berada dalam kungkungan masa lalu yang sedemikian ini, pasti hidup saudara jauh dari damai sejahtera. Lalu harus bersikap seperti apa terhadap masa lalu kita? BERDAMAI dan MERDEKA terhadap masa lalu saudara.
Di dalam bacaan leksionari, melalui kisah nabi Hagai kita bisa mendapatkan prinsip ajaran bagaimana dapat hidup berdamai dan merdeka dari masa lalu. Pengalaman mengikuti peristiwa hidup sebagai bangsa dan orang-orang buangan di tanah asing, menjadi pengalaman masa lalu yang kelam bagi nabi Hagai dan orang-orang Israel yang hidup sezaman dengannya. Peristiwa hidup sebagai orang-orang buangan menggoreskan trauma juga potret kehidupan yang sama sekali tidak indah untuk ditoleh dan dikenang. Artinya nabi Hagai salah satu contoh pribadi yang mempunyai pengalaman hidup pahit terhadap masa lalunya. Tetapi dengan pintu masuk hidup keagaman dan sikap pribadi yang taat mengabdi kepada TUHAN Allah, maka nabi Hagai sanggup berdamai dan merdeka dari masa lalunya yang kelam. Nabi Hagai tidak hanya terpaku menoleh ke belakang, tetapi menatap kedepan; bersama kasih karunia TUHAN yang hadir atas hidupnya, maka nabi Hagai sanggup mengubah masa lalu yang kelam, menjadi pondasi untuk membangun harapan di masa depan. Demikian pula petikan kisah Injil Lukas 20:27-38 yang menceritakan tentang dialog orang Saduki dengan Tuhan Yesus mengenai nasib seorang wanita yang telah dinikahi secara berurutan dari kakak hingga adik-adiknya dan semuanya wafat. Atas kejadian ini akhirnya memicu pertanyaan dari orang Saduki kepada Yesus, bagaimana nasib dan status wanita tersebut di akhir zaman nanti, siapakah yang akan menjadi suaminya? Pertanyaan ini muncul karena orang Saduki memiliki paham tidak percaya akan hari kebangkitan dan percaya bahwa hidup manusia itu berakhir pada hari kematian, sesudah itu selesai. Maka ketika Tuhan Yesus mengajarkan ada kebangkitan dan kehidupan abadi bagi setiap orang, serta memberi pengharapan kepada setiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Pengajaran ini ditanggapi oleh orang-orang Saduki melalui pertanyaan tentang seorang wanita yang menikah hingga tujuh kali tersebut. Bagaimana status wanita itu dan siapa yang akan menjadi suaminya di alam abadi kelak? Cara pandang semacam ini membuat orang terbelenggu, hidupnya selalu dibuat terikat dengan masa lalu dan dibuat tidak bisa melihat masa depan dengan harapan yang baru. Bahkan hidup dijalani sebatas untuk kepentingan di dunia saja tanpa mau mengakui akan adanya kebangkitan serta hidup kekal bagi jiwa. Tuhan Yesus menjawab pertanyaan mereka, bahwa akan ada kebangkitan dan hidup abadi; dan orang yang dibangkitkan serta hidup di alam kekal besok tidak ada lagi kawin dan mengawinkan; semua hidup dalam keadaan yang baru, ditebus dan dimerdekakan dari hidup fana memperoleh hidup abadi.
Mari saudara sekalian, menapaki hidup dengan menatap masa depan; kuatkan hatimu, berdirilah teguh menghadapi segala peristiwa dalam kehidupan saudara sebagai pribadi orang Kristen maupun Gereja sebagai umat Tuhan Yesus di Bumi. Peristiwa hidup terjadi bukan sebagai lubang yang membuat kita terjerat dan terjerembab selamanya pada trauma atas peristiwa itu; tetapi kita harus kuat dan teguh berdiri, untuk bisa mentas menatap perjalanan kedepan dengan membangun harapan yang baru. Bahkan tidak perlu merasa tersakiti apalagi dipengaruhi oleh peristiwa hidup yang sudah berlalu dan membuat hidup yang dijalani hari ini terganggu ketenteramannya, tidak nyaman menjalaninya, atau ada rasa putus asa penuh penyesalan mengapa itu harus terjadi. Segera kuatkan dan teguhkan hati, peristiwa kehidupan itu hanya sekali menimpa hidup saudara, diijinkan dalam kedaulatan TUHAN, serta ada yang berharga untuk kita hadapi dan jalani sekalipun peristiwanya sangat menghancurkan hati. Gunakan untuk berpijak dan bangkit kembali dengan berpegang terhadap nilai-nilai terbaik dan berharga dibalik pahitnya peristiwa kehidupan. Yakin dan percaya akan selalu ada perubahan, kemajuan, dan kemenangan jika kita tidak selalu menoleh ke belakang, tetapi berjuang untuk menatap masa depan dengan penuh harapan kepada pertolongan TUHAN. Amin.
Sumber : Khotbah Jangkep, 6 Nov 2022